Sabtu, 24 Maret 2012

BI


 TUGAS BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN 1


nama : dina agustina U
kelas : 2ea16
NPM  : 12210055






BAB  I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Posisi Sektor Keuangan Amerika Serikat dan Negara-negara Eropa makin rawan. Dana Moneter Internasional mengatakan, sistem keuangan global lebih rawan dari posisi tahun 2008. Demikian dikatakan ekonom senior IMF, Oliver Blanchard, yang tertuang dalam sebuah laporan IMF yang diluncurkan di Washington.
          Risiko yang dimaksud adalah gangguan posisi keuangan di sektor perbankan dan pasar uang. Perbankan semakin sulit mendapatkan untung, bahkan mengalami kerugian dalam operasional. Risiko inilah yang semakin meningkat dalam bulan-bulan terakhir. Lilitan utang di 17 negara yang berada di zona euro, dan juga AS, membuat pasar enggan memberikan pinjaman baru. Krisis utang di Eropa sudah memengaruhi aliran likuiditas di sistem perbankan, yang banyak memegang surat-surat utang pemerintah, yang relatif sudah tidak bisa terbayarkan dalam jangka pendek. Hal ini membuat bank-bank yang relatif sehat pun seperti menghentikan kegiatan pinjam-meminjam uang kepasar. Ini dalam pandangan IMF menambah risiko berupa pemburukan pertumbuhan ekonomi. Jika hal ini ditangkap pasar, maka opsi tindakan yang dilakukan para investor adalah mengurangi penempatan dana-dana investasi.
          Keadaan di AS juga tidak lebih baik. Dengan utang besar sekitar 14,58 triliiun dollar AS, telah membuat AS semakin tidak tepercaya di mata pasar. Ini terbukti dengan penurunan peringatan utang AS dari AAA menjadi AA+. Simbol ini menunjukkan penurunan daya tahan perekonomian AS untuk melanjutkan pembayaran utang ke para investor. IMF menyarankan para pemimpin Eropa segera mengimplentasikan perjanjian pada juli lalu dengan sikap fleksibel dan meluncurkan dana talangan ke Negara-negara yang membutuhkan terutama yunani. AS juga disarankan segera mengakhiri percecokan politik, antara partai republik dan dengan partai demokrat, untuk bersepakatan mencapai penyelamatan ekonomi. Kesepakatan ini amat penting untuk mengurangi utang, antara lain lewat pengurangan defisit anggaran pemerintah.
          Risiko sudah meninggi dan waktu yang tersisa tidak banyak untuk menghindari kerawanan ini, yang telah mengancam sistem keuangan global dan bisa mengganggu pula proses pemulihan ekonomi. Demikian laporan IMF tengah tahunan berjudul Global Financial stability. Oliver Blancard menghardik Eropa agar jangan ketinggalan aksi. Pernyatannya merujuk pada sikap jerman yang tidak mau berkompromi dengan sikap yunani yang lambat melakukan proses pengurangan utang, tetapi melulu mengharapkan jerman uluran tangan.
          Risiko dari keadaan keuangan AS dan Eropa yang rawan adalah mengeringnya dana-dana di pasar. Hal ini membuat perekonomian anjlok, yang secara lambat atau cepat akan turut mengurangi pertumbuhan ekonomi Asia. Kepanikan pasar yang luas, sebagaimana telah sering terjadi sebelumnya adalah kekuataan besar lain yang juga tidak kalah dahsyat dalam merusak pemulihan ekonomi. Gejolak besar pasar bisa terulang lagi.

Efek krisis ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat saat ini, mungkinkah akan sampai ke Indonesia. Namun, karena ketergantungan ekspor ke Eropa tidak terlalu besar, Indonesia hanya akan menerima efek kedua.

          Yang penting adalah bagaimana mengurangi sekecil mungkin dampak dari krisis tersebut. Kalau tidak ada pengaruhnya sama sekali, itu tidak mungkin. Tetapi kita punya pengalaman tahun 2008, kita bisa mengurangi dampak tersebut.
Untuk mengantisipasi arus modal masuk dan dampak buruk penurunan ekonomi global, pemerintah telah menyiapkan beberapa langkah pengamanan, yakni bekerja sama dengan Bank Indonesia untuk pembelian surat berharga negara (SBN), pembelian SBN dengan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pembentukan dana stabilisasi obligasi serta penyiapan dana saldo anggaran lebih untuk mendukung stabilisasi pasar SBN domestik.
          Selain itu pemerintah sedang merancang pemberian stimulus fiskal untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Maka, kemampuan penyerapan anggaran amat penting agar kebijakan pemberian stimulus ini dapat memberikan dampak ke perekonomian.
          Pemerintah juga tengah mempercepat kesiapan perangkat hukum untuk menghadapi krisis atau membuat protokol krisis agar para pengambil keputusan tidak ragu apabila memang harus mengambil keputusan yang penting untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia.
          Sejumlah indikator menunjukkan fundamen ekonomi Indonesia  yang cukup sehat dan kuat. Harga komoditas primer yang tinggi bisa menjadi faktor yang menyelamatkan Indonesia dari krisis. Cadangan devisa mencapai 122 miliar dollar AS pada pertengahan September lalu, atau dua kali lipat tahun 2008. Rasio utang dibanding produk domestik bruto (PDB) senilai 25,6 persen juga cukup sehat dan kondisi ini lebih baik dibandingkan tahun 1998-1999 atau tahun 2008-2009.
          Cadangan devisa Indonesia pada tahun 1998 sekitar 20 miliar dollar AS dan pada tahun 2008 sekitar 60 miliar dollar AS. Rasio utang terhadap PDB negara lain seperti Amerika Serikat sekitar 102 persen dan Yunani sekitar 137 persen. Indonesia lebih kuat.
          Sejumlah kombinasi solusi global tengah dikerjakan untuk menghindari krisis. China, Brasil dan Rusia membantu membeli obligasi Yunani. Negara kreditor memberikan keringanan pembayaran kembali utang pemerintah Yunani, dengan penjadwalan kembali utang yang jatuh tempo. AS dapat menurunkan suku bunganya hingga 0,1 persen seperti Jepang.
          AS juga dapat melakukan likuiditas (quantitative easing) untuk mendorong likuiditas pasar uang serta mengejar tambahan pajak penduduk kaya sehingga memperoleh pendapatan pajak 1,5 triliun dollar AS.
1.2       Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
1.2.1  Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah : Tinjauan terhadap kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas rupiah ketika kondisi ekonomi Eropa dan Amerika Serikat yang masih diliputi ketidak pastian.
1.2.2  Batasan Masalah
Tinjauan tersebut dibatasi pada sumber berita dari beberapa surat kabar terkemuka, seperti Harian Kompas, Media Indonesia dan Koran Tempo edisi bulan Agustus, September dan Oktober 2011.
1.3       Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana kesiapan pemerintah dalam hal ini adalah Bank Indonesia ketika menghadapi krisis ekonomi global.
1.4       Manfaat Penulisan
Dari pengamatan dan analisa tentang kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas rupiah ketika kondisi ekonomi Eropa dan Amerika Serikat mengalami krisis, dapat diperoleh manfaat bahwa Bank Indonesia telah melakukan langkah-langkah yang sudah benar, sehingga nilai rupiah selama bulan Agustus, September dan Oktober 2011, boleh dikatakan relative stabil.
1.5       Metode Penulisan
1.5.1  Objek Penulisan
Objek dalam penulisan ini, adalah Tinjauan terhadap Kebijakan Bank Indonesia dalam Menjaga Stabilitas Rupiah ketika Kondisi Ekonomi negara-negara Eropa dan Amerika Serikat yang masih diliputi ketidakpastian, bersumber dari kliping berita beberapa surat kabar terkemuka, seperti harian Kompas, Media Indonesia dan Koran Tempo yang memuat tentang kondisi krisis ekonomi yang melanda negara-negara Eropa dan Amerika Serikat pada bulan Agustus, September dan Oktober 2011.












BAB II
LANDASAN TEORI
2.1    Kerangka Teori
          Penulis akan mengemukakan berbagai pemahaman dengan teori-teori yang berhubungan dengan penulisan ilmiah ini.
2.1.1  Transparansi dan Komunikasi
Agar kebijakan moneter dapat bekerja secara efektif, komunikasi yang terbuka antara Bank Indonesia dengan masyarakat sangat dibutuhkan. Oleh karenanya, kebijakan moneter Bank Indonesia senantiasa dikomunikasikan secara transparan kepada masyarakat. Komunikasi tersebut juga sebagai bagian dari akuntabilitas kebijakan moneter dan berperan dalam membantu pembentukan ekspektasi masyarakat terhadap inflasi ke depan. Melalui komunikasi, Bank Indonesia mengajak masyarakat untuk memandang dan membentuk tingkat inflasi ke depan sebagaimana yang ditetapkan dalam sasaran yang diumumkan. Oleh karenanya, komunikasi kebijakan moneter dilakukan dengan terus menerus memuat pengumuman dan penjelasan tentang sasaran inflasi ke depan, analis Bank Indonesia terhadap perekonomian, kerangka kerja dan langkah-langkah kebijakan moneter yang telah dan akan ditempuh, jadwal Rapat Dewan Gubernur (RDG), serta hal-hal lain yang ditetapkan oleh Dewan Gubernur.
            Komunikasi kebijakan moneter dilakukan dalam bentuk siaran pers, konferensi pers setelah Rapat Dewan Gubernur, publikasi Tinjauan/Laporan Kebijakan Moneter yang memuat latar belakang pengambilan keputusan, maupun penjelasan langsung kepada masyarakat luas, media massa, pelaku ekonomi, analis pasar dan akademisi.
2.1.2  Restrukturisasi Perbankan
Sebagai upaya membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan dan perekonomian  Indonesia, Bank Indonesia telah menempuh langkah restrukturisasi perbankan yang komprehensif. Langkah ini mutlak diperlukan guna memfungsikan kembali perbankan sebagai lembaga perantara yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi, disamping sekaligus meningkatkan efektivitas pelaksanaan kebijakan moneter.
Restrukturisasi perbankan tersebut dilakukan melalui upaya memulihkan kepercayaan masyarakat, program rekapitalilasasi, program restrukturisasi kredit, penyempurnaan ketentuan perbankan, dan peningkatan fungsi pengawasan bank.
Fundamen perbankan Indonesia cukup kuat untuk menghadapi krisis yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat saat ini, baik dari sisi modal maupun likuiditas. Meski demikian, pengelola industri perbankan dihimbau untuk berkosentrasi menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi kondisi perbankan Indonesia saat ini.
Pada 2008 terjadi krisis di Amerika Serikat akibat kredit perumahan. Di Indonesia kondisi itu menyebabkan krisis likuiditas perbankan. Eksposur industri perbankan nasional terhadap asset-aset di Eropa sangat kecil. Bahwa perbankan Indonesia tidak banyak memiliki aset yang diterbitkan Negara Eropa yang sedang bergejolak.
Kendati dampaknya sangat kecil, hal itu tetap tak boleh dianggap ringan. Pemberian kredit bisa berjalan membantu mesin ekonomi nasional yang harus terus berjalan. Yang penting di lihat adalah distribusi alokasi kredit untuk setiap sektor. Pasalnya alokasi kredit ke sektor modal kerja, investasi, atau konsumsi ini berkorelasi signifikan dengan meluasnya krisis di Eropa dan AS ke Indonesia. Yang perlu di perhatikan adalah portofolio keuangan perbankan terhadap surat-surat berharga. Jangan sampai menjadi beban bagi neraca BI atau APBN.
2.1.3  Otoritas Moneter
Otoritas moneter adalah suatu entitas yang memiliki wewenang untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar pada suatu negara dan memiliki hak untuk menetapkan suku bunga dan parameter lainnya yang menentukan biaya dan persediaan uang.
Pada umumnya otoritas moneter adalah bank sentral, meskipun kadang kala  lembaga eksekutif pemerintah hak tertinggi untuk menetapkan kebijakan moneter dengan cara mengendalikan bank sentral. Ada berbagai jenis otoritas moneter lainnya, seperti dibentuknya satu bank sentral untuk beberapa negara, terdapatnya suatu dewan yang mengontrol jumlah uang yang beredar terhadap mata uang lain, dan juga diperbolehkannya beberapa entitas untuk mencetak uang kertas ataupun uang logam.
Sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai wewenang untuk memutuskan dan melaksanakan Kebijakan moneter yang tepat. Kebijakan itu berupa open market operation, discount policy, sanering, dan selective credit
2.1.4  Sistem Pembayaran
Menjaga stabilitas nilai tukar rupiah adalah tujuan Bank Indonesia sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Untuk menjaga stabilitas rupiah itu perlu disokong pengaturan dan pengelolaan akan kelancaran Sistem Pembayaran Nasional (SPN). Kelancaran SPN ini juga perlu didukung oleh infrasntruktur yang handal (robust). Jadi, semakin lancar dan handal SPN, maka akan semakin lancar pula tranmisi  kebijakan moneter yang bersifat time critical. Bila kebijakan moneter berjalan lancar maka muaranya adalah stabilitas nilai tukar.
BI adalah lembaga yang mengatur dan menjaga kelancaran SPN. Sebagai otoritas moneter, bank sentral berhak menetapkan dan memberlakukan kebijakan SPN. Selain itu, BI juga memiliki kewenangan memeberikan persetujuan dan perizinan serta melakukan pengawasan (oversight) atas SPN. Menyadari kelancaran SPN yang bersifat penting secara sistem (systemically important), bank sentral memandang perlu menyelenggarakan sistem settlement antar bank melalui infrastruktur BI-Real Time Gross Settlement  (BI-RTGS).
Selain itu masih ada tugas BI dalam SPN, misalnya, peran sebagai penyelenggara sistem kliring  antarbank untuk jenis alat-alat pembayaran tertentu. Bank sentral juga adalah satu-satunya lembaga yang berhak mengeluarkan dan mengedarkan alat pembayaran tunai seperti uang rupiah. BI juga berhak mencabut, menarik hingga memusnahkan uang rupiah yang sudah tak berlaku dari peredaran.
Berbekal kewenangan itu, BI pun menetapkan sejumlah kebijakan dari komponen SPN ini. Misalnya, alat pembayaran apa yang boleh dipergunakan di Indonesia BI juga menentukan standar alat-alat pembayaran tadi serta pihak-pihak yang dapat menerbitkan dan/atau memproses alat-alat pembayaran tersebut. BI juga berhak menetapkan lembaga-lembaga yang dapat menyelenggarakan sistem pembayaran. Ambil contoh, sistem kliring atau transfer  dana, baik suatu sistem utuh atau hanya bagian dari sistem saja. Bank sentral juga memiliki kewenangan menunjuk lembaga yang bisa menyelenggarakan sistem settlement. Pada akhirnya BI juga mesti menetapkan kebijakan terkait pengendalian risiko, efisiensi serta tata kelola (governance) SPN.
Di sisi alat pembayaran tunai, Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang Rupiah serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran. Terkait dengan peran BI dalam mengeluarkan dan mengedarkan uang, Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi yang layak edar (clean money policy). Untuk mewujudkan clean money policy tersebut, pengelolaan pengedaran uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dilakukan mulai dari pengeluaran uang, pengedaran uang, pencabutan dan penarikan uang sampai dengan pemusnahan uang.
Sebelum melakukan pengeluaran uang Rupiah, terlebih dahulu dilakukan perencanaan agar uang yang dikeluarkan memiliki kualitas yang baik sehingga kepercayaan masyarakat tetap terjaga. Perencanaan yang dilakukan Bank Indonesia meliputi perencanaan pengeluaran emisi baru dengan mempertimbangkan tingkat pemalsuan, nilai instrinsik serta masa edar uang. Selain itu dilakukan pula perencanaan terhadap jumlah serta komposisi pecahan uang yang akan dicetak selama satu tahun kedepan. Berdasarkan perencanaan tersebut kemudian dilakukan pengadaan uang baik untuk pengeluaran uang emisi baru maupun pencetakan rutin terhadap uang emisi lama yang telah dikeluarkan.
Uang Rupiah yang telah dikeluarkan tadi kemudian didistribusikan atau diedarkan di seluruh wilayah melalui Kantor Bank Indonesia. Kebutuhan uang Rupiah di setiap kantor Bank Indonesia didasarkan pada jumlah persediaan, keperluan pembayaran, penukaran dan penggantian uang selama jangka waktu tertentu. Kegiatan distribusi dilakukan melalui sarana angkutan darat, laut, dan udara Untuk menjamin keamanan jalur distribusi senantiasa dilakukan baik melalui pengawalan yang memadai maupun dengan peningkatan sarana sistem monitoring.
Kegiatan pengedaran uang juga dilakukan melalui pelayanan kas kepada bank umum maupun masyarakat umum. Layanan kas kepada bank umum dilakukan melalui penerimaan setoran dan pembayaran uang Rupiah. Sedangkan kepada masyarakat dilakukan melalui penukaran secara langsung melalui loket-loket penukaran di seluruh kantor Bank Indonesia atau melalui kerjasama dengan perusahaan yang menyediakan jasa penukaran uang kecil.
Lebih lanjut, kegiatan pengelolaan uang Rupiah yang dilakukan Bank Indonesia adalah pencabutan Uang terhadap suatu pecahan dengan tahun emisi tertentu yang tidak lagi berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Pencabutan uang dari peredaran dimaksudkan untuk mencegah dan meminimalisasi peredaran uang palsu serta menyederhanakan komposisi dan emisi pecahan. Uang Rupiah yang dicabut tersebut dapat ditarik dengan cara menukarkan ke Bank Indonesia atau pihak lain yang telah ditunjuk oleh Bank Indonesia.
Sementara itu untuk menjaga menjaga kualitas uang Rupiah dalam kondisi yang layak edar di masyarakat, Bank Indonesia melakukan kegiatan pemusnahan uang. Uang yang dimusnahkan tersebut adalah uang yang sudah dicabut dan ditarik dari peredaran, uang hasil cetak kurang sempurna dan uang yang sudah tidak layak edar. Kegiatan pemusnahan uang diatur melalui prosedur dan dilaksanakan oleh jasa pihak ketiga yang dengan pengawasan oleh tim Bank Indonesia (BI).
2.1.5  Inflasi
Dalam ilmu ekonomi inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.
Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi.
Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP deflator. Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi.
Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun

BAB III
METODE PENULISAN
3.1   Objek Penulisan
          Objek dalam penulisan ini adalah, Tinjauan Terhadap Kebijakan Bank Indonesia dalam Menjaga Stabilitas Nilai Rupiah Ketika Kondisi Ekonomi negara-negara Eropa dan Amerika Serikat masih diliputi ketidakpastian, dengan mengambil sumber berita dari kliping beberapa surat kabar terkemuka, seperti harian Kompas, Media Indonesia dan Koran Tempo. yang memuat berita tentang keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan nilai rupiah.
          Ketiga harian tersebut diambil sebagai sampel karena penulis menilai bahwa berita yang dimuat cukup akurat dan tidak memihak ataupun tendensius serta dibaca oleh banyak orang (sebagai Koran nasional), ketika memuat berita tentang keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan nilai rupiah.
3.1.1   Sejarah Singkat Bank Indonesia
Pada  tahun 1828 De Javashe Bank didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai bank sirkulasi yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang. Pada tahun 1953 undang-undang pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank Indonesia untuk menggantikan fungsi De Javashe sebagai Bank sentral, dengan tiga tugas utama di bidang moneter, perbankan, dan sitem pembayaran.
Pada tahun 1968 di terbitkan undang-undang Bank Sentral yang mengaturnya kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai Bank Sentral, terpisah dari bank-bank lain yang melakukan fungsi komersial. Tahun 1999 merupakan Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuai dengan UU No.23/1999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Tahun 2004 undang-undang Bank Indonesia diamandemen dengan fokus pada aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia, termasuk penguatan government. Pada tahun 2008 pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang No.2 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas undang-undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan.
Uu No.23/1999 Bank Indonesia adalah Bank Sentral yang independen. Pada tanggal 17 Mei 1999 di berlakukannya Bank Indonesia dan memberikan status kedudukan sebagai suatu lembaga Negara independen dan bebas dari campur tangan pemerintah atau pihak lainnya. Bank Indonesia mempunyai otonomi yang merumuskan dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya di tentukan dalam undang-undang. Pihak luar tidak bisa mencampuri pelaksanaan tugas  Bank Indonesia dan berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun.
Undang-undang ini telah memberikan kedudukan khusus kepada Bank Indonesia dalam struktur ketatanegaraan republik Indonesia. Bank Indonesia berwenang untuk menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari undang-undang yang mengingkat seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya.
Sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di luar pengadilan. Bank Indonesia  merupakan yang berwewenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan memusnakan peredaran. Sebelum melakukan Pengeluaran uang Rupiah, terlebih dahulu dilakukan perencanaan agar uang yang dikeluarkan memiliki kualitas yang baik sehingga kepercayaan masyarakat tetap terjaga.
3.1.2   Tujuan Bank Indonesia
Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung 2 aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang Negara lain.
Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara apek kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang Negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan demikian, tercapainya atau tidaknya tujuan Bank Indonesia Serta Batas-batas tanggung jawabnya.
Dengan demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat di ukur dengan mudah. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,serta mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia. Ketiganya perlu diintegrasikan agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien.
3.1.3   Tugas Bank Indonesia
Dalam rangka tugas mengatur dan mengawasi perbankan, Bank Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan atau kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan atas bank, dan mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dalam pelaksanaan tugas ini, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan dengan menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian. Berkaitan dengan kewenangan di bidang perizinan, selain memberikan dan mencabut izin usaha bank, Bank Indonesia juga dapat memberikan izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank, memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, serta memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.
Di bidang pengawasan, Bank Indonesia melakukan pengawasan langsung maupun tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan baik dalam bentuk pemeriksaan secara berkala maupun sewaktu-waktu bila diperlukan. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui penelitian, analisis dan evaluasi terhadap laporan yang disampaikan oleh bank.
3.1.4   Dewan Gubernur Bank Indonesia
Sesuai undang-undang Bank Indonesia, pimpinan Bank Indonesia adalah Dewan Gubernur yang terdiri dari seorang Gubernur, seorang Debuti Gubernur Senior, dan empat hingga tujuh orang Deputi Gubernur, yang menjabat selama lima tahun dan dapat diangkat kembali pada jabatan yang sama untuk satu periode berikutnya. Dewan Gubernur diusulkan dan diangkat oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia melalui mekanisme fit and proper test. Khusus Debuti Gubernur, pengusulan nama calon oleh Presiden didasarkan pada rekomendasi Gubernur.
3.1.5   Rapat Dewan Gubernur (RDG)
RDG merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi dalam menetapkan kebijakan-kebijakan Bank Indonesia yang bersifat prinsipil dan strategis. Pengambilan keputusan dalam RDG dilakukan secara musyawarah untuk mufakat. Apabila mufakat tidak tercapai, Gubernur berwenang menetapkan keputusan akhir.
Undang-undang Bank Indonesia mensyaratkan jumlah minimal RDG yaitu sekali sebulan untuk RDG bukanan dan sekali seminggu untuk RDG Mingguan. Salah satu keputusan penting yang dihasilkan RDG Bulanan adalah penetapan BI rate. Keputusan ini segera dipublikasikan di media massa dan website Bank Indonesia (www.bi.go.id)



3.2       Metode Pengumpulan Data

Penulis dalam pengumpulan data berdasarkan kliping beberapa surat kabar terkemuka, seperti Harian Kompas, Media Indonesia dan Koran Tempo, yang memuat dan mengulas masalah ekonomi, khususnya tentang krisis ekonomi yang melanda beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat. Akankah dapat berimbas ke negara-negara Asia khususnya Indonesia serta bagaimana kebijakan pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia dalam menyikapi dan mengantisipasi peristiwa tersebut. Apakah nilai rupiah dapat bertahan pada posisi yang aman ataukah malah tejun bebas seperti krisis tahun 1998 yang menyebabkan jatuhnya rezim Orde Baru.

3.3       Hipotesis Penulisan

Dalam Kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai mata uang rupiah. Kestabilan nilai rupiah itu mengandung dua aspek, yaitu aspek nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan  terhadap mata uang negara lain. Hipotesis dalam penulisan ini adalah, sampai sejauh mana Bank Indonesia dapat mengantisipasi krisis yang sedang melanda negara-negara Eropa dan Amerika, langkah-langkah serta kebijakan apa yang telah dilakukan.
Yang penting adalah bagaimana mengurangi sekecil mungkin dampak dari krisis tersebut. Untuk mengantisipasi arus modal dan dampak buruk akibat penurunan ekonomi global, pemerintah telah menyiapkan beberapa langkah pengamanan, yaitu bekerja sama dengan Bank Indonesia untuk pembelian Surat Berharga Negara (SBN).
      











BAB IV
PEMBAHASAN

4.1  Risiko meningkat, akibat krisis ekonomi
          Posisi Sektor Keuangan AS dan Eropa makin rawan. Dana Moneter internasional mengatakan, sistem keuangan global lebih rawan dari posisi tahun 2008. Demikian dikatakan ekonom senior IMF, Oliver Blanchard, yang tertuang dalam sebuah laporan IMF yang diluncurkan di Washington.
          Risiko yang dimaksud adalah gangguan posisi keuangan di sektor perbankan dan pasar uang. Perbankan semakin sulit mendapatkan untung, bahkan mengalami kerugian dalam operasional. Risiko inilah yang semakin meningkat dalam bulan-bulan terakhir. Lilitan utang di 17 negara yang berada di zona euro, dan juga AS, membuat pasar enggan memberikan pinjaman baru. Krisis utang di Eropa sudah memengaruhi aliran likuiditas di sistem perbankan, yang banyak memegang surat-surat utang pemerintah, yang relatif sudah tidak bisa terbayarkan dalam jangka pendek. Hal ini membuat bank-bank yang relatif sehat pun seperti menghentikan kegiatan pinjam-meminjam uang kepasar. Ini dalam pandangan IMF menambah risiko berupa pemburukan pertumbuhan ekonomi. Jika hal ini ditangkap pasar, maka opsi tindakan yang dilakukan para investor adalah mengurangi penempatan dana-dana investasi.
          Keadaan di AS juga tidak lebih baik. Dengan utang besar sekitar 14,58 triliiun dollar AS, telah membuat AS semakin tidak tepercaya di mata pasar. Ini terbukti dengan penurunan peringatan utang AS dari AAA menjadi AA+. Simbol ini menunjukkan penurunan daya tahan perekonomian AS untuk melanjutkan pembayaran utang ke para investor. IMF menyarankan para pemimpin Eropa segera mengimplentasikan perjanjian pada juli lalu dengan sikap fleksibel dan meluncurkan dana talangan ke Negara-negara yang membutuhkan terutama yunani. AS juga disarankan segera mengakhiri percecokan politik, antara partai republik dan dengan partai demokrat, untuk bersepakatan mencapai penyelamatan ekonomi. Kesepakatan ini amat penting untuk mengurangi utang, antara lain lewat pengurangan defisit anggaran pemerintah.
          Risiko sudah meninggi dan waktu yang tersisa tidak banyak untuk menghindari kerawanan ini, yang telah mengancam sistem keuangan global dan bisa mengganggu pula proses pemulihan ekonomi. Demikian laporan IMF tengah tahunan berjudul Global Financial stability. Oliver Blancard menghardik Eropa agar jangan ketinggalan aksi. Pernyatannya merujuk pada sikap jerman yang tidak mau berkompromi dengan sikap yunani yang lambat melakukan proses pengurangan utang, tetapi melulu mengharapkan jerman uluran tangan.
          Risiko dari keadaan keuangan AS dan Eropa yang rawan adalah mengeringnya dana-dana di pasar. Hal ini membuat perekonomian anjlok, yang secara lambat atau cepat akan turut mengurangi pertumbuhan ekonomi Asia. Kepanikan pasar yang luas, sebagaimana telah sering terjadi sebelumnya adalah kekuataan besar lain yang juga tidak kalah dahsyat dalam merusak pemulihan ekonomi. Gejolak besar pasar bisa terulang lagi.
4.2   Pengalaman Krisis Tahun 2008
          Pemerintah dan Bank Indonesia supaya memberikan stimulus untuk menjaga likuiditas dapat terus tersedia. Berdasarkan pengalaman krisis tahun 2008, pemerintah Eropa dan G-20 di harapkan lebih siap menghadapi gejolak kali ini. Dengan kemampuan BI menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dollar AS saat ini. Upaya BI memberi kepercayaan diri di masyarakat dan investor. Level Rp 9,000 per dolar AS masih diatas level psikologi pasar.
          BI menggunakan instrumen melepas dollar AS ke pasar dan membeli surat berharga Negara melalui pasar sekunder menggunakan cadangan devisa untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Kendati sudah berkurang 2,6 millyar dollar AS, BI yakin cadangan devisa masih cukup untuk menjaga kurs rupiah. Secara terpisah pengamat pasar modal Yanuar Rizky memprediksi, Volatilitas nilai rupiah terhadap dollar AS akan semakin dalam. Biaya moneter diperlukan untuk mengatasi kondisi ini. Sayangnya, kata Yanuar, langkah-langkah BI untuk menjaga kondisi pasar keungan tidak di dukung penuh oleh pemerintah. Misalnya kebijakan BI agar investor menahan sertifikat Bank Indonesia selama enam bulan sebelum dilepas ke pasar, malah dimanfaatkan dengan agrevitas Surat Utang Negara yang dapat diperdangkan di bursa.
          Pemerintah juga terus membiarkan diri menjadi Negara netimportir, tanpa berupaya mengubah fiskal. Selain itu, tak ada disinsentif fiskal dan penerapan pajak tinggi bagi hot money. Akibatnya, kebijakan BI menaikan giro wajib minimum menjadi tidak efektif. Deputi gubernur BI Hartadi Agus Sarwono yang dihubungi kemarin tidak bisa berkomentar. Ia sedang dalam perjalanan menuju pertemuan G-20 dan pertemuan Dana Moneter Internasional dan Bank dunia di Washington AS.

4.3   Komitmen Bank Indonesia menghadapi krisis
          Sejumlah tekanan diperkirakan masih bakal mengiringi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan dan nilai tukar  rupiah terhadap dollar AS pada pekan ini. Fungsi Bank Indonesia dan pemerintah bakal diuji agar investor yakin pada fundamental ekonomi dalam negeri.
          Penyelesaian krisis utang negara-negara eropa yang dikhawatirkan berujung dengan krisis keuangan belum juga jelas, kasus pengeboman di Solo, Jawa Tengah, hari Minggu, 25 September 2011 bisa mengurangi kepercayaan para investor asing dan domestik. Tekanan akan lebih terasa pada perdagangan awal pekan ini.
          Akhir pekan lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil berbalik arah (rebound) dari keterpurukan anjlok 8,8 persen. Indeks menjadi satu-satunya bursa yang menguat di tengah berlanjutnya penurunan di kawasan Asia.
          IHSG pada Jum’at ditutup naik 57,203 poin (1,70 persen) ke level 3.426,346 menyusul aksi beli yang dilakukan oleh sejumlah investor lokal yang percaya akan kuatnya fundamen ekonomi Indonesia.
          Nilai tukar rupiah juga menguat. Di pasar spot antar bank, rupiah ditutup naik 83 poin ke level Rp. 8.941 per dollar AS. Sementara menurut kurs tengah BI, rupiah berada di level 8.735 atau menguat tajam 253 poin dari penutupan  sehari sebelumnya di lebel 8.988 per dollar AS.
          Namun investor asing masih cenderung menjual portofolio saham mereka di Bursa Efek Indonesia (BEI). Akhir pekan lalu, mereka mencatat penjualan bersih senilai Rp. 603 miliar. Sepanjang pekan lalu, penjualan bersih investor asing di BEI mencapai Rp. 6 triliun.
          Secara teknis riset eTrading Securities menyatakan IHSG mengandung sinyal menguat. Sejumlah indikator menunjukkan saham-saham telah jenuh jual. Sejumlah sektor yang tertekan cukup dalam sepanjang pekan lalu adalah pertambangan (year to date mencapai 22 persen), pertanian, industri dasar dan aneka industri (masing-masing 10 persen).
          Pasar merespon positif komitmen antara Bank Indonesia dan pemerintah perihal nilai tukar rupiah. Selain itu akhir pekan lalu indeks mengalami pembalikan arah secara teknis pasca penurunan lebih dari 8 persen.
          Dari sisi eksternal perhatian akan tetap tertuju pada pencarian solusi atas krisis Eropa. Dalam pertemuan G20, menteri-menteri keuangan global mendesak agar ada gerakan konkrit untuk mengakhiri kekhawatiran atas krisis utang Eropa sebelum menjadi krisis yang lebih dalam. Amerika Serikat dan negara-negara di luar Eropa takut krisis keuangan akan merembet.
          Volatilitas dan tekanan atas nilai tukar rupiah belum akan reda. Selain masalah eksternal yang pelik dan penyelesaiannya tak akan instan, aksi spekulasi pelaku pasar juga bisa sangat memengaruhi gejolak di pasar keuangan termasuk terhadap rupiah.
          Pemerintah bersama Bank Indonesia mau tidak mau harus melakukan kontrol yang ketat melalui sistem pengawasan. Harus dicegah dan ditengah aksi spekulasi termasuk misalnya oleh perbankan, terhadap nilai tukar rupiah.
4.4   Rupiah Tertekan, Bank Indonesia membeli SUN
          Kondisi ekonomi Eropa dan Amerika Serikat, yang masih diliputi ketidakpastian, membuat rupiah tertekan 1,55 persen. Meski demikian, Bank Indonesia menegaskan, tekanan tersebut tak hanya bersifat lokal Indonesia. Tekanan terjadi pada mata uang negara di wilayah regional lainnya.
          Berdasarkan data BI, rupiah tertekan 0,77 persen sepanjang hari Senin 26 September 2011. Depresiasi rupiah sejak awal September sebesar 6,5 persen dan sejak awal tahun 2011 mencapai 1,55 persen. Pelemahan juga terjadi pada ringgit Malaysia sebesar 0,21 persen, baht Thailand 0,64 persen, rupee India 0,32 persen, dollar Singapura 0,33 persen dan peso Filipina 0,34 persen.
          Menyikapi kondisi tersebut Bank Indonesia menyatakan tetap akan menjaga kestabilan nilai tukar  rupiah dengan merespon permasalahan yang dapat menjadi resiko ketidakstabilan rupiah. Salah satunya melalui pasar Surat Utang Negara (SUN).
          Pasar SUN yang stabil akan memberi kestabilan rupiah. Bank Indonesia membeli SUN Rp. 1,2 triliun. Sekitar Rp. 880 miliar diserap melalui lelang dan sisanya dari bilateral. BI juga sudah menyerap SUN yang diserap pada tanggal 22 September mencapai Rp. 1,7 triliun dan pada tanggal 23 September sebesar Rp. 300 miliar.
          BI juga menjaga ketersediaan valuta asing (valas) bagi dunia usaha. Alasannya kebutuhan valas dunia usaha meningkat pada bulan Oktober untuk kebutuhan membayar bunga hutang luar negeri dan kebutuhan lain seperti impor agar volatilitas rupiah tidak mengganggu sektor riil.
          Volatilitas nilai tukar rupiah ini dikeluhkan pelaku sektor riil, terutama yang mengimpor bahan baku dengan harga dollar AS. Akibat volatilitas, pengusaha sulit mengikuti perubahan harga.
          Awal pekan ini, rupiah melemah 240 poin dibandingkan akhir pekan lalu. Berdasarkan kurs tengah BI pada 23 September 2011, rupiah pada posisi Rp. 8.735 per dollar AS. Namun Senin 26 September 2011 rupiah melemah hingga Rp. 8.975 per dollar AS.
          Dalam menghadapi kondisi saat ini, BI harus terus berkoordinasi dengan pemerintah agar pasar bereaksi positif dan BI untuk terus  menjaga nilai tukar rupiah.
          Meski krisis Eropa dan AS membayangi, kondisi perekonomian Indonesia masih tetap menjanjikan. Indonesia memiliki fundamen ekonomi dan pasar domestik yang kuat, prospek pertumbuhan kredit perbankan juga masih akan baik, yakni di atas 20 persen.

4.5   Bank Indonesia menjaga stabilitas Rupiah
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia per Selasa, 27 September sebesar Rp. 8.915 per dollar AS. Posisi ini menguat 60 point dibandingkan hari Senin, 26 September 2011. Penguatan Rupiah ini mengikuti penguatan mata uang Asia yang merespons positif atas harapan solusi krisis di Eropa.
          Membaiknya sentimen pasar global terkait dengan harapan solusi krisis di Eropa membuat investor kembali aktif masuk ke pasar mata uang dalam negeri sehingga rupiah menguat.
          Sentimen pasar global yang membaik pada perdagangan kemarin merembet ke pasar Asia, termasuk rupiah. Pada saat yang sama, pelaku pasar juga tengah menunggu hasil Parlemen Yunani untuk disiplin anggaran berikutnya yang menjadi syarat pencairan dana talangan.
          Tentang ketahanan ekonomi Indonesia dan negara-negara berkembang (emerging market) umumnya menggunakan patokan jumlah cadangan devisa yang aman sebesar lima bulan pembayaran impor. Saat ini cadangan devisa di Indonesia masih lebih dari cukup. Hal itu dilihat dari indikator menutup tujuh bulan pembayaran impor atau 6,5 bulan pembayaran impor dan utang luar negeri.
          Meski demikian, Perry Warjiyo menolak menyebutkan jumlah cadangan devisa yang aman bagi Indonesia. “Keyakinan kepada pasar, jumlah cadangan devisa kita sekarang lebih dari cukup”, kata Perry.
          Pekan lalu Gubernur BI Darmin Nasution juga menolak menyebutkan jumlah cadangan devisa dengan dalih akan disampaikan setelah Rapat Dewan Gubernur setiap awal bulan. Pada pertengahan September 2011, jumlah cadangan devisa sebesar 122 milyar dollar AS.
          Menurut Perry, saat ini BI terus menjaga pergerakan nilai tukar, dari sisi volatilitas dan stabilitasnya. Caranya dengan melepas dollar AS ke pasar valuta asing dan membeli Surat Utang Negara (SUN). Selasa kemarin BI tidak membuka lelang SUN. BI hanya membeli SUN secara bilateral sebesar Rp. 230 miliar.
          “Investor global saat ini lebih suka pegang tunai dan ke safe haven country (negara dengan kelonggaran pajak). Yang terjadi beberapa pelaku pasar  yang punya surat berharga negara (SBN) menjual SBN itu dan membeli dollar AS”, tambah Perry.
          Secara terpisah, Ketua Umum  Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat menilai, bagi kalangan industri yang memiliki ketergantungan impor, pelemahan rupiah menjadi salah satu hambatan nontarif. Bagi eksportir yang menggunakan bahan baku lokal, pelemahan rupiah justru menjadi angin segar.


4.6    KURS MATA UANG NEGARA ASEAN TERHADAP DOLLAR AS
Periode 21 September s/d 27 September 2011


21-09-11
22-09-11
23-09-11
24-09-11
27-09-11


Rupiah
8,995
9,315
9,215
9,050
8,772


Ringgit Malaysia
3.1175
3.1640
76.2650
3.1785
3.1632


Peso Filipina
43.6550
43.5000
44.2300
43.6150
43.5490


Dollar Singapura
1.2598
1.2931
1.3056
1.2974
1.2967


Bath Thailand
30.4050
30.6350
30.8100
30.9150
30.4147










4.7  Bank Indonesia melakukan Operasi Pasar
            Pengurangan 2,6 Milliar Dollar AS Belum menghawatirkan. Bank Indonesia melakukan Operasi Pasar untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Akibatnya, cadangan devisa Indonesia berkurang sekitar 2,6 miliar dollar AS, dari 124,638 milliar dollar AS. Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi Agus Sarwono mengemukakan hal itu. Cadangan devisa menurun akibat operasi pasar untuk menstabilkan nilai tukar rupiah maupun pembayaran utang luar negeri pemerintah. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tertekan sepanjang pekan lalu, yang sebelumnya bertahan pada Rp 8500-an per dollar AS. Bahkan, rupiah mencapai Rp 8.772 per dollar AS.
          Namun, berdasarkan kurs antarbank, rupiah yang mencapai Rp 8760 per dollar AS pada Kamis lalu menguat menjadi Rp 8755 per dollar AS. Utang luar negeri pemerintah per juni 2011 sebesar 114,887 milliar dollar AS. Utang luar negeri bank sentral mencapai 13,222 milliar dollar AS.  Menurunnya cadangan devisa bermakna berkurangnya kemampuan Indonesia dalam keperluan transaksi internasional terutama impor, dan membayar utang luar negeri. Cadangan devisa merupakan posisi bersih aktiva luar negeri (biasanya dalam dollar AS) pemerintah dan bank-bank devisa. Sentimen negative ekonomi global,  yang dipicu oleh khawatiran memburuknya penanganan krisis di Eropa, memberi tekanan pada keluarnya investor asing jangka pendek untuk melakukan aksi ambil untung. Adapun, investor strategis memilih bertahan karena prospek Indonesia yang baik kedepannya. Bahkan, BI mencatat masuknya beberapa investor strategis baru di pasar keuangan Indonesia.
4.8   Bank Indonesia Intervensi, Cadangan Devisa Turun
          Bank Indonesia berkomitmen untuk berada di pasar bila diperlukan melalui cara, termasuk intervensi langsung, pembelian surat berharga Negara secara bilateral, operasi pasar terbatas rupiah, maupun lelang dengan menggunakan valuta asing. Langkah-langkah ini diyakini telah meningkatkan kembali keprcayaan investor, sehingga tekanan terhadap rupiah berkurang. Bahkan, akan kembali kepada tren penguatannya dalam waktu dekat. Saat ini, Bank Indonesia tidak hanya menggunakan mekanisme melepas dollar AS ke pasar untuk stabilkan rupiah. BI juga bisa menggunakan cadangan devisanya untuk membeli surat berharga Negara lewat pasar sekunder.
          Berkurangnya cadangan devisa 2,6 milliar dollar AS itu, menurut Kepala Pusat Studi Ekonomi dan kebijakan publik universitas Gadjah Mada A Tony Prasetiantono, masih masuk akal. Pasalnya, Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) yang mencapai diatas 4.000 merupakan posisi yang tinggi. Akibatnya, investor asing merasa, saat ini tepat untuk menikmati, keuntungan. Situasi Amerika dan Eropa yang diwarnai ketidakpastian membuat investor asing yang meramaikan Bursa Efek Indonesia (BEI) ragu, apakah IHSG masih bisa mencapai posisi tinggi lagi. Karena itu, investor memilih melepas sahamnya sekarang untuk merealisasikan keuntungan daripada menempuh risiko IHSG merosot lagi. Tony yakin kondisi mendatang akan lebih baik. Krisis utang Eropa bisa mereda jika  Negara-negara zona euro kompak membantu Yunani dengan cara membeli obligasi pemerintahnya dan memperpanjang jangka waktu jatuh tempo.
          Jadi intervensi Bank Indonesia atau capital inflow sampai 2 millar dollar AS bisa diterima, tidak perlu khawatir. Berkaitan dengan penurunan IHSG seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah dollar AS selama hampir sepakan terakhir membuat investor domestik di pasar keuangan panik. Janji dari daratan Eropa di akhir pekan mengurangi kepanikan itu. Sentimen positif datang setelah ada berita empat bank sentral di Eropa dan Bank sentral AS, The Federal Reserve, akan membri pinjaman dalam denominasi dollar AS bagi perbankan di Eropa. Ini diharapkan menjadi titik terang penyelesaian krisis utang Eropa yang bisa berimbas ke kawasan lain.
4.9   Bank Indonesia Siapkan Valuta Asing
          Bank Indonesia memperkirakan, transaksi berjalan pada tahun 2012 akan defisit. Oleh karena itu, BI mempersiapkan kebutuhan Valuta Asing (Valas). Kepala Biro Hubungan masyarakat Bank Indonesia Difi Ahmad Johansyah mengungkapkan, pada tahun 2010 transaksi berjalan Indonesia turun menjadi 5,643 milliar dollar AS dan kemungkinan akan berlanjut. Kalau melihat tren, mungkin tahun 2012 juga akan defisit. Kita tidak ingin valas di dalam negeri berasal dari hot money atau pasar uang. Kalau bisa, kita penuhi dari suplai valas dalam negeri.
4.10   Bank Indonesia dan aturan devisa hasil ekspor.
            Bank Indonesia, perbankan, dan pengusaha akan membentuk kelompok kerja sebagai media untuk membahas persoalan terkait aturan devisa hasil eksport. Pengusaha  dan eksportir menyampaikan masukan rencana pengaturan devisa ekspor.
          Demikian isi pertemuan Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution dengan asosiasi, ekportir dan debitor utang luar negeri di Gedung BI. Deputi gubernur BI Muliaman Hadad dan direktur jenderal bea and cukai Agung Kuswandono juga hadir. Sebanyak 41 eksportir, 13 perusahaan dengan utang luar negeri, 16 orang dari asosiasi, dan 8 orang dari instansi pemerintah hadir. Ketua umum asosiasi pengusaha Indonesia (APINDO) Sofjan Wanandi hadir dalam acara itu.
Peraturan BI yang hendak di terbitkan pada 1 Oktober 2011 adalah peraturan BI tentang hasil devisa ekspor dan devisa utang luar negeri. Salah satu alasan penerbitan BI  seperti di sampaikan Darmin Nasution, adalah menjaga surplus transaksi berjalan yang diperkirakan akan devisit diperkirakan tahun 2012. Untuk mencatat devisa hasil eksport tersebut, BI bekerja sama dengan kementrian keuangan. Kepala Biro Hubungan masyarakat BI Diffi Ahmad  Johansyah memaparkan kepada wartawan perihal isi dan hasil pertemuan itu. Eksportir meminta ada petunjuk teknis agar pelaksanaannya bisa dipakai bersama agar tidak timbul salah tafsir. Aturan devisa hasil eksport wajib dimasukkan ke bank devisa dalam negeri,dalam waktu 3 bulan setelah tanggal pemberitahuan eksport barang. Namun devisa hasil ekspor masih dapat dimasukkan paling lambat 6 bulan setelah PEB.
Untuk keterlambatan memasukkan devisa hasil ekspor, ada  sanksi bagi eksportir. sanksi itu besarnya 0,5 persen dari nilai setiap transaksi atau minimal Rp.10 juta dan maksimal 100 juta per transaksi. Menurut Difi pengusaha minta diberi waktu menjelaskan kalau ada keterlambatan. Masalahnya akan bisa jadi karena soal bank atau yang lain. Selain itu ada beberapa Negara yang secara tradisional lambat membayar import. Pada pertemuan itu Sofjan Wanandi menanyakan beberapa hal diantaranya apakah kebijakan ini mengarah pada kontrol devisa, konversi ke mata uang domestik dan kewajiban menyerah ke bank sentral.
Indonesia masih perlu penanaman modal asing sehingga tidak usah khawatir soal kontrol devisa ke mata uang domestik dan tidak ada kewajiban di serahkan ke bank sentral. Sebelumnya direktur utama PT Bank Mutiara TBK Maryono menyatakan siap konstribusi dalam kebijakan baru ini. Bank Mutiara bahkan berharap meraih pendapatan berbasis bunga sekitar Rp 10 milyard dari devisa hasil eksport.
4.11   Devisa dan Penarikan Utang Luar Negeri
        BI susun peraturan tentang hasil devisa ekspor dan penarikan utang luar negeri. Potensi devisa yang berada diluar negeri mencapai 31,5 milliar dollar AS atau setara Rp 274,522 triliun. Dana tersebut meliputi 29 milliar dollar AS dari devisa hasil ekspor dan 2,5 milliar dollar AS dari devisa penarikan utang luar negeri. Untuk itu, Bank Indonesia segera mengatur agar  devisa tersebut masuk ke bank dalam negeri. Demikian diungkapkan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Hartadi A Sarwono dalam rapat kerja komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat. Rapat membahas asumsi makro Rancangan Anggaran pendapatan dan belanja Negara 2012. Hartadi menyampaikan hal tersebut saat memaparkan peran BI dalam menjaga stabilitas keuangan. BI saat ini sedang mengkaji suatu mekanisme yang mewajibkan eksportir dan devisa dari penarikan utang luar negeri ke bank devisa di dalam negeri.  Siang harinya, Hartadi mendampingi Gubernur BI Darmin Nasution dan Direktur Jenderal Bea dan cukai Agung Kuswandono, di gedung BI Jakarta, menjelaskan rencana BI menerbitkan Peraturan BI tentang penerimaan Devisa Hasil ekspor dan penarikan Utang Luar Negeri. Peraturan BI tersebut. Akan berlaku pada 1 oktober 2011.
          Darmin Nasution menjelaskan Latar belakang penerbitan Peraturan BI tersebut, yaitu untuk mengamankan neraca pembayaran adalah masalah jangka panjang ekonomi Indonesia yang bersifat struktural. Ia member contoh pertumbuhan ekonomi China yang terus tumbuh tanpa kepanasan (over heatting) yaitu setiap pertumbuhan tinggi disertai surplus dalam neraca pembayarannya. Transaksi berjalan China juga surplus.
          Pengalaman ekonomi Indonesia setiap kali pertumbuhan mulai 7 persen dan bertahan berapa tahun, transaksi berjalannya defisit. Indonesia mengalami tekanan dalam pasar global lebih besar karena devisa hasil ekspor tidak masuk semua ke dalam negeri. Dengan demikian, harus memperbesar penanaman modal asing, pinjaman luar negeri dan investasi portofolio.  Darmin menjelaskan, setelah krisis 1997-1998, transaksi berjalan sering surplus karena pertumbuhan ekonomi rendah. Pertumbuhan ekonomi mulai tinggi sejak 2010. Artinya dengan pertumbuhan ekonomi mendekati 7% selama dua tahun ini dan  tahun 2012, BI memperkirakan transaksi berjalan dengan defisit. Walaupun tahun ini transaksi berjalan masih surplus, pengaturan devisa hasil ekspor itu tetap perlu. Secara terpisah, Direktur Utama Bank Tabungan Negara (persero) TBK Iqbal Latantoro menyatakan, siap tunduk pada aturan BI. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi meminta BI membicarakan rencana mengatur  devisa hasil ekspor dengan eksportir.
4.12   IHSG mencoba Konsolidasi
            Bursa Global dan Regional beri sentiment negatif. Penguat Indeks Harga saham Gabungan sebanyak 24,441 poin atau sekitar 0,64 persen ke level 3.866,adalah bagian dari penyesuain pasar seusai libur panjang selama lebaran. Sentimen negatif bursa global dan regional. Masih membayangi indeks dalam jangka pendek.
          Indeks di awal sesi sempat naik diatas 3.900, namun masih gagal menembus resistance kuat di 3930. Kenaikan ini adalah sebagai penyesuain atas pasar regional selama kita libur panjang.
          Total transaksi kemarin tercacat sebanyak 8,3 juta lot atau setara dengan Rp 6,1 triliun dengan hampir seluruh sektor mengalami penurunan pada perdangan kecuali sektor pertambangan (turun 0,43 persen), consumer (0,66 persen), dan property (0,13 persen).
          Indeks Komplas 100 juga menguat 7,513 poin (0,86 persen) ke level 879,821. Tercacat sebanyak 97 saham mengalami kenaikan, 121 saham mengalami penurunan, 71 saham tidak mengalami perubahan, dan 164 saham tidak diperdagangkan sama sekali.
          Saham-saham yang menjadi motor penggerak bursa antara lain Telkom, Bank BRI, Astra Internasional, Bank BCA, dan Gudang Garam. Adapun yang menjadi pemberat bursa, antara lain perusahaan Gas Negara, Indofod, dan Adaro Energy. Investor asing tercatat melakukan pembelian bersih pada pasar regular sebesar Rp 76 miliar.
          pada sesi pertama perdangan kemarin saham-saham yang menguat kebanyakan adalah saham sensitif terhadap data inflasi yang diumumkan pada siang harinya. Saham-saham itu sekaligus juga saham itu sekaligus juga saham perusahaan yang berkembang karena daya beli konsumen dalam negeri, yakni saham yang dianggap aman seandainya terjadi krisis global kembali.
          Namun, sebagian besar saham ini kemudian menghadapi resistance kuat masing-masing, dan dengan negatifnya indeks regional, termasuk bursa Eropa yang buka pada sore hari
          Secara teknikal, kemarin IHSG berhasil bergerak menguat dengan indikator bergerak uptrend. Meski demikian, investor perlu mencermati pergerakan bursa global dan regional menyusul situasi perekonomian global yang masih diliputi kekhawatiran.
          Pada perdangan, diperkirakan IHSG akan bergerak pada kisaran 3.813-3.906. pelaku pasar masih akan fokus pada rencana Obama untuk mendorong peningkatan penyerapan tenaga kerja,yang mungkin diganjal lawan politiknya karena menaikan beban anggaran pemerintah. Pekan lalu, indeks Dow Jones melemah 2,2 persen, menghapus kenaikan yang diperoleh pada empat hari sebelumnya, terutama karena mandeknya sektor ketenaga kerjaan di AS.
          Selain itu, pelaku pasar juga bakal melihat data-data pertumbuhan ekonomi dunia, khusus-khususnya di daratan Eropa. Sementara di dalam negeri, cenderung minim. Akibatnya dalam jangka pendek IHSG cenderung bergerak fluktuatif di 3.800-3.930, dengan support penting di 3.650 dan resistance kuat di 3.930 atau 3.960.
          Meskipun demikian, pergerakan IHSG dalam tren jangka menegah sejak bulan November 2009 masih dalam pola uptrend. Atas kenaikan kemarin IHSG masih tumbuh 4,39 persen.

4.13   Investor Tunggu Momentum
        Nilai tukar rupiah atas dollar AS dan Indeks Harga Saham Gabungan, kembali sama-sama ditutup melemah. Pelaku pasar sejauh ini menunggu sentimen positif dari sisi eksternal ataupun internal untuk kembali menempatkan portofolio mereka. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup Rp 9028 per dollar As. Turun 1,4 persen dari penutup sebelumnya di level Rp 8893. Pelemahan rupiah itu yang terbesar diantara mata uang asing lain, yang Rata-rata melemah di bawah 1 persen. Sedangkan IHSG terposok kembali ke level 3600-an. Indeks di tutup melemah 55 poin (1,45 persen) ke level 3.697,49 dengan semua sektor menurun. Asing kembali tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) pada pasar regular senilai Rp 585 miliar. Saham-saham yang paling banyak dijual, antara lain, United Tractor (UNTR), Indofod Sukses Makmur (INDF), dan Bumi Resources (Bumi).
          Ditengah kekhawatiran pelemah ekonomi investor terlihat menghindari instrument yang lebih beresiko. Ia menyatakan secara tekhnikal pelemahan IHSG lebih lanjut menunggu konfirmasi apakah akan menembus level 3.650. kemarin,salah satu sintemen negative adalah proyeksi pertumbuhan ekonomi global oleh dana moneter internasional (IMF). Menurut IMF, estiminasi pertumbuhan ekonomi global tahun ini turun 4,4 persen menjadi 4 persen dan tahun depan turun dari 4,5 persen ke 4 persen juga. Pengamat pasar keuangan Lana Soelistianingsih mengatakan, pasar juga menunggu kepastian Bank Sentral AS, the federal reserve atas wacana paket stimulus baru di negeri itu pada pertengahan pekan ini. Di AS, partai republic mengingatkan the Fed untuk tidak mengeluarkan stimulus baru. Sebab, pertumbuhan ekonomi AS seharusnya dibantu oleh tingkat keyakinan konsumen dan inovasi tenaga kerja bukan oleh kebijakan bank sentral.
4.14   Sektor Riil tidak panik
          Bank Indonesia dinilai cukup kuat meredam depresiasi rupiah. Tren penurunan nilai tukar rupiah tidak perlu membuat para pelaku pasar di sektor rill panik, tetapi mereka harus tetap waspada memonitor situasi perekonomian global. Sentimen negatif atas nilai tukar diyakini hanya sementara. Pengelola dana asing akan kembali melihat kinerja fundamental Negara di Asia termasuk Indonesia.
          Dari sisi fundamental ekonomi, sebenarnya nilai dollar AS lemah karena bunganya rendah sekali hanya 0,025 persen dan ekonominya sedang resesi. Nilai tukar rupiah atas dollar AS kembali melemah,kemarin. Menurut kurs tengah BI, rupiah ada di kasaran Rp 8.980 per dollar AS, melemah 75  poin dari hari sebelumnya. Dipasar uang antar bank, nilai tukar rupiah di posisi Rp.9000,turun membanding dengan penutupan  sebelumnya, Rp 8.850 per dollar AS. Krisis Eropa yang terjadi saat ini mengakibatkan pengetatan aliran dollar AS ke perbankan Eropa. Karena itu, perbankan Eropa pun mencari dollar AS.
          Sentimen negative ini diyakini hanya sementara. Likuiditas dolar AS diharapkan akan kembali normal, setelah dua hari lalu Bank Sentral Amerika serikat The Fed, Bank Sentral Swiss, Bank Sentral Eropa ECB, dan Bank sentral Inggris  BOE memasok dollar AS ke pasar. Kinerja fundamental Negara-negara Asia akan menarik investor kembali. Ini termasuk Indonesia yang jauh lebih kuat dari Negara-negara yang bermasalah di Eropa.
4.15   Perekonomian Indonesia Naik
        ADB Revisi Perkiraan Target Pertumbuhan Ekonomi Asia. Bank Pembangunan Asia menurunkan perkiraan Target pertumbuhan ekonomi asia tahun 2011 dari 7,8 persen menjadi 7,5 persen. Namun, di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi Asia, ADB justru memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2011 meningkat dari 6,4 persen menjadi 6,6 persen. Dalam laporan Asian Development Outlook Update 2011 yang dikeluarkan di Hongkong. Bank pembangunan Asia meyatakan turunnya permintaan dari Amerika serikat dan Eropa terus menghantui Negara-negara di Asia. Hal ini membuat laju pertumbuhan ekspor terhambat pada semester pertama tahun 2011, termasuk China yang pertumbuhannya paling tinggi di Asia.
           Selain memangkas target pertumbuhan tahun ini,target pertumbuhan tahun ini, target tahun 2012 juga di turunkan dari 7,7 persen menjadi 7,5 persen. Pada kesempatan yang sama, tingginya permintaan konsumsi domestik dan meluasnya perdagangan di tingkat regional dapat membantu pertumbuhan ke tingkat yang solid kata kepala Ekonom ADB Chang Yong Rhee.  Dalam laporan itu disebutkan,pembagian ekspor antar negara di Asia meningkat dari 42 persen ke 47 persen selama lima tahun terakhir, khususnya hingga semester 1 tahun 2011. Dalam kaitan itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bakal lebih baik, menjadi 6,6 persen. Proyeksi ini lebih tinggi dari pada asumsi pemerintah tahun ini. Dalam anggaran pendapatan dan belanja Negara perubahan (APBN-P) 2011, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 6,5 persen.
          Bahkan tahun depan, ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 6,8 persen,meningkat dari perkiraan semula di angka 6,7 persen, seprti di rencanakan dalam rancangan Anggaran pendapatan dan belanja Negara (RAPBN) 2012. Tingkat inflasi tahun ini juga diprediksi lebih rendah dari 6,3 persen menjadi 5,6 persen. Inflasi APBN-P 2011 adalah 5,65 persen. Inflasi tahun depan juga diprediksi turun dari 5,8 persen menjadi 5,4 persen. Inflasi dalam RAPBN 2012 adalah 5,3 persen. Konsumsi rumah tangga, menurut ADB, bakal menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Pada semester lalu, konsumsi rumah tangga memberikan konstribusi sebesar 2,6 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Investasi juga bakal mendukung pertumbuhan, seiring dengan peningkatan permintaan pasar global produk pertanian, energy, dan komoditas mineral. Dalam hal ini, pertumbuhan rata-rata kelas menengah yang mencapai tujuh juta orang per tahun akan mendukung kondisi itu. Menteri keuangan Agus Martowardojo berpendapat, revisi di lakukan karena pertumbuhan ekonomi Negara-negara maju perlu direvisi. Negara-negara berkembang malah dipastikan rata-rata atau diatas 6 per sen. Indonesia termasuk optimistis tumbuh 6,5 persen tahun ini.
4.16   Bank Pantau Transaksi mencurigakan
        Pusat pelaporan dan analisis transaksi keuangan  mengharapkan perbankan sebagai penyedia jasa keuangan meningkatkan pemantauan efektif terhadap transaksi keuangan mencurigakan. Sejauh ini, penerapan know your customer dan customer due diligence sudah dilakukan dengan baik oleh pihak perbankan.
          Namun direktur pengawasan dan kepatuhan PPATK Subintoro meminta bank untuk untuk menerapkan know your customer due diligence (CDD) lebih mendalam terhadap rekening tertentu. Yakni rekening yang dimiliki nasabah yang mengaku ibu rumah tangga atau pelajar atau mahasiswa, namun jumlahnya sangat fantastis.
          Sebaiknya dilakukan lebih mendalam sehingga bisa diketahui asal dananya dari mana. akhir-akhir ini, hal tersebut menjadi tren pelaku pencurian uang untuk menyamarkan atau menyembunyikan kejahatan di rekening istri atau anaknya.
          Selain itu, transaksi dengan nilai di atas Rp 100 juta juga harus diwaspadai. Jika transaksi itu mencurigakan, harus segera di laporkan ke PPATK. Menurut Subintoro, penyedia jasa keuangan harus lebih ketat melakukan KYC dan CDD, terutama untuk layanan perbankan prioritas. Oleh karena itu, PPATK mendukung kebijakan Bank Indonesia untuk membenahi pengolaan keuangan (wealth management) terkait layanan prioritas.
          Beberapa waktu lalu, BI pernah menghentikan semua layanan pengelola keuangan pada perbankan di Indonesia. Perbankan diminta memperbaiki layanan tersebut. Hal ini,antara lain dipicu kasus pidana perbankan yang melibatkan Melinda Dee, yang saat itu menjabat Relation Manager Citibank di Indonesia. Melinda menyelewengkan dana milik nasabah yang memiliki rekening di Citibank. Saat ini, sidang Melinda sedang berlangsung di penggadilan. BI juga berencana menerbitkan peraturan Bank Indonesia mengenai pengelolaan keuangan. Namun, saat di konfirmasi, kepala Biro Humas BI Difi Ahmad Johansyah memastikan peraturan Bank Indonesia tersebut belum diterbitkan karena belum selesai disusun.
          Data lembaga penjamin simpanan dengan nilai diatas Rp 500 juta terus bertambah. Perbankan, umumnya mengelompokkan simpanan dengan jumlah diatas Rp 500 juta atau di atas Rp 1 miliar sebagai simpanan prioritas.  Simpanan pada data LPS tersebut meliputi dana pihak ketiga dan simpanan antarbank. simpanan dengan nilai diatas Rp 500 juta mencapai Rp 1.680,29 triliun per Juli 2011, yang terdiri dari 572.290 rekening. Jumlah ini meningkat dibandingkan  Juni 2011, yang mencapai Rp 1.663,77 triliun dengan 564.120 rekening.














BAB  V
PENUTUP
5.1   Kesimpulan
1.   Bank Indonesia tidak hanya menggunakan mekanisme melepas dollar AS ke pasar untuk menstabilkan rupiah, Bank Indonesia juga bisa menggunakan cadangan devisa untuk membeli surat berharga negara melalui pasar sekunder.
2.   Krisis ekonomi masih melanda Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa saat ini, tetapi Bank Indonesia masih dapat menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,  meskipun nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dibandingkan mata uang beberapa negara Asean paling rendah (lihat table hal 16)
3.   Bank Indonesia dinilai cukup kuat meredam depresiasi rupiah, sehingga membuat para pelaku pasar tidak panik
4.   Transparansi dan akuntabilitas kebijakan moneter Bank Indonesia sangat berperan dalam membantu pembentukan ekspektasi masyarakat terhadap inflasi.
5.   Stabilitas politik dan tingkat keamanan nasional, seperti peristiwa pengeboman di Solo, pada hari minggu, tanggal 25 september 2011 yang lalu, dapat mengurangi tingkat kepercayaan pada investor asing dan domestik








5.2    Saran
Dengan membaiknya indikator ekonomi makro, seperti rendahnya nilai inflasi, nilai tukar rupiah yang relatif stabil dan cadangan devisa yang cukup, ternyata tidak selalu menyentuh sektor rill, daya beli masyarakat masih rendah, hal ini disebabkan oleh pendapatan masyarakat yang sangat terbatas, musim kemarau yang cukup panjang sehingga sangat mengganggu hasil pertanian dan perkebunan serta banyaknya tingkat pengangguran, maka penulis mencoba memberikan saran yang harus dilakukan pemerintah adalah sebagai berikut :
  1. Membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya
  2. Memberikan kemudahan perijinan untuk investasi
  3. Memberantas korupsi tanpa tebang pilih
  4. Memberantas segala bentuk penyelundupan
  5. Membatasi import barang-barang konsumtif
  6. Melindungi industri  dalam negeri, misalnya dengan menaikkan tarif bea masuk barang konsumtif, tetapi meniadakan atau mengurangi tarif bea masuk bahan baku industri.



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar