KENAIKAN HARGA ELPIJI
Nama : Dina Agustina Untari
Npm : 12210055
Kelas : 4EA16
Tugas : Etika Bisnis
Memasuki awal 2014, PT Pertamina menaikkan harga gas
elpiji 12 kilogram serentak di seluruh Indonesia. Sontak saja, kenaikan
tersebut dirasakan sangat berat oleh masyarakat, khususnya para ibu yang
terbiasa memasak menggunakan elpiji.
Harga elpiji pangkalan yang sebelumnya Rp5.850 per kg
naik Rp3.959 menjadi Rp9.809 per kg. Dengan demikian, per tabung 12 kg,
harganya naik dari Rp70.200 menjadi Rp117.708 per tabung.
Setelah ditambah biaya distribusi dan pengisian
elpiji, maka harga elpiji di tingkat konsumen menjadi Rp130.000-140.000 per
tabung. Besaran kenaikan di tingkat konsumen itu akan bervariasi berdasarkan
jarak stasiun elpiji ke titik serah lalu ke konsumen.
Mantan menko ekuin Rizal Ramli sangat prihatin bahwa
kerugian' Pertamina & sektor energi, sehingga perlu subsidi, nyatanya
sebagian besar adalah biaya KKN, Mafia Migas, dan ineffisiensi.
Pertamina Energy Tower jelas untuk pencitraan. Padahal
rakyat tidak bisa makan citra, rakyat butuh kerja nyata dan solusi kemakmuran.
Dahlan mengatakan kenaikan harga gas elpiji yg sebelumnya
diumumkan Pertamina - mencapai Rp3.950 per kg - dianggap terlalu tinggi
sehingga dikoreksi pemerintah.
"Dianggap terlalu tinggi, jadi kalau naiknya Rp1.000
saja, ya mulai nanti malam", kata Dahlan seperti dilaporkan wartawan BBC
Indonesia, Sri Lestari dari Gedung BPK di Jakarta.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menyampaikan teguran kepada pejabat terkait dan Pertamina kemarin (05/01)
setelah muncul berbagai kritik terkait harga baru elpiji Pertamina ini
Presiden lalu memerintahkan agar kenaikan harga ditinjau ulang dan memberi waktu 24
jam agar pejabat terkait merundingkannya.
Menurut Pertamina, kenaikan harga adalah tindak lanjut dari hasil
pemeriksaan BPK yang menyebut perusahaan pelat merah itu rugi lebih dari Rp7 triliun
tahun lalu dari perdagangan gas elpiji tabung 12kg . pengumuman kenaikan itu
sudah sempat terjadi kenaikan harga gas kemasan 3kg yang disubsidi untuk rakyat
miskin, diikuti pula dengan kelangkaan pasokannya di pasaran.
Sebelum kenaikkan, harga gas elpiji per kg dalam kemasan 12kg adalah
Rp5.850, sementara harga setingkat ongkos produksinya menurut Pertamina
mencapai lebih dari Rp10.000.
Dengan penurunan harga gas elpiji tabung 12kg ini diperkirakan harga di
tangan konsumen akan mencapai Rp110.000 sd Rp120.000 per tabung. Sebelum kenaikkan,
harga gas elpiji per kg dalam kemasan 12kg adalah Rp5.850, sementara harga
setingkat ongkos produksinya menurut Pertamina mencapai lebih dari Rp10.000.
Herman
menjelaskan, Bright Gas memiliki keunggulan ketimbang elpiji 12 kg, yaitu
tabung yang lebih aman karena dilindungi karet untuk menghindari benturan
langsung dan warna yang lebih menarik.
"Cuma beda di warna sama safety. Masa dengan kualitas seperti
itu masih kalah harganya dengan reguler (tabung biru)," ungkapnya.
Seperti diketahui, terhitung mulai 1 Januari 2014 pukul
00.00, Pertamina menyesuaikan harga Elpiji non subsidi kemasan 12 kg sebagai
aksi korporasi perusahaan. Dengan adanya penyesuaian harga tersebut harga gas
elpiji 12 kg yang awalnya berkisar antara Rp 75 ribu-Rp 80 ribu meningkat
menjadi Rp 120 ribu- Rp 130 ribu.
Bright Gas yang merupakan elpiji kemasan tabung 12 kg.
Elpiji ini dilengkapi dengan fitur-fitur ekstra seperti security seal cap dengan teknologi double spindle dan karet pelindung tabung kemasan
dari benturan.
Bright Gas akan ditujukan untuk konsumen menengah ke atas
dan ditawarkan dengan tampilan warna yang menarik seperti biru, hijau, ungu dan
merah marun bernuansa metalik. (Pew/Ndw)
Kepala Operasional Agen
gas elpiji PT Adhira Marsa Herman mengatakan, setelah harga gas elpiji 12 kg
dinaikan Pertamina 1 Januari lalu, harga gas yang dibungkus dengan tabung warna
biru tersebut menjadi lebih mahal ketimbang produk gas elpiji premium
Pertamina, padahal ukuran gas tersebut sama dengan gas tabung biru.
"Harga hampir sama Bright Gas Rp 120 ribu-Rp 125 ribu
per tabung. Kalau ke pengecer justru yang reguler (tabung biru) 12 kg jadi
lebih mahal," kata Herman, saat berbincang dengan Lipurtan6.com,
seperti yang ditulis Senin (6/1/2013).
Dimana sudah Hilang sudah rasa kemanusiaan dan
perhatian pemerintah kepada rakyat miskin, naiknya harga pertamina ternyata
bukan untuk menutupi kerugian hingga Rp. 2 Triliun rupiah, akan tetapi untuk
membangun gedung prestisius pencakar langit Pertamina Energy Tower.
Proyek 'mercusuar' Pertamina Energy Tower ini, akan
menjadi gedung tertinggi kelima di dunia dan berjumlah 99 tingkat pas nomor
magicnya SBY. kata Mantan Menko Ekuin Dr Rizal Ramli (RRI) dalam twiternya
Sabtu (4/1/14).
Rizal mengungkap kebohongan Direktur Utama Pertamina
Karen Agustiawan, yang menyatakan adanya kerugian Pertamina & sektor
energi, sehingga perlu subsidi dari rakyat, padahal faktnya sebagian besar
adalah biaya KKN, Mafia Migas, dan ineffisiensi.
''Karen Agustiawan (Dirut Pertamina), I thought you
have a great common sense. Apa perlu hadiahkan SBY dengan bangun 99 lantai Gedung Tertinggi kelima
di dunia?'' tanya Rizal Ramli.
Rizal Ramli menyesalkan kurangnya 'sense of crisis'
Pertamina dengan menaikkan harga gas elpiji 12 kg, dan itu sangat melukai rasa
keadilan. ''Pertamina naikkan LPG seenaknya, ngaku rugi. Anehnya, Pertamina mau
bangun Gedung kelima tertinggi di dunia, Pertamina Energy Tower, 99 tingkat,
proyek mercusuar,'' kata Rizal Ramli, Ketua Kadin.
Pertamina Energy Tower, 99 tingkat, demi
memuaskan legacy dan nafsu SBY, feodalisme kuno dan pencitraan belaka.
Seperti diketahui, gedung tertinggi dunia saat ini
adalah sebagai berikut:
1. Burj Khalifa, di Dubai, 830m
2. Shanghai Tower
3. Mecca Royal Hotel
4. One World TC, New York
5. Pertamina Energy Tower
Sumber :