Kamis, 06 Januari 2011

tugas kelompok ibd


NAMA KELOMPOK:
  1. DINA AGUSTINA UNTARI
  2. NIDIA WIJAYANTI
  3. SITI ROHNIA
  4. JODI SOPANDI
  5. WIKE WIDIYAWATI
  6. RENY VERDIANTY
    TANGGUNG JAWAB DAN MANUSIA


    Pengertian tanggung jawab
    Pengertian tanggung jawab memang seringkali terasa sulit untuk menerangkannya dengan tepat. Adakalanya tanggung jawab dikaitkan dengan keharusan untuk berbuat sesuatu, atau kadang-kadang dihubungkan dengan kesedihan untuk menerima konsekuensi dari suatu perbuatan. Banyaknya bentuk tanggung jawab ini menyebabkan terasa sulit merumuskannya dalam bentuk kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti. Tetapi kalau kita amati lebih jauh, pengertian tanggung jawab selalu berkisar pada kesadaran untuk melakukan, kesediaan untuk melakukan, dan kemampuan untuk melakukan.
    Dalam kebudayaan kita, umumnya "tanggung jawab" diartikan sebagai keharusan untuk "menanggung" dan "menjawab" dalam pengertian lain yaitu suatu keharusan untuk menanggung akibat yang ditimbulkan oleh perilaku seseorang dalam rangka menjawab suatu persoalan.
    Pada umumnya banyak keluarga berharap dapat mengajarkan tanggung jawab dengan memberikan tugas-tugas kecil kepada anak dalam kehidupan sehari-hari. Dan sebagai orangtua tentunya kita pun berkeinginan untuk menanamkan rasa tanggung jawab pada anak.
    Tuntutan yang teguh bahwa anak harus setia melakukan tugas-tugas kecil itu, memang menimbulkan ketaatan. Namun demikian bersamaan dengan itu bisa juga timbul suatu pengaruh yang tidak kita inginkan bagi pembentukan watak anak, karena pada dasarnya rasa tanggung jawab bukanlah hal yang dapat diletakkan pada seseorang dari luar, rasa tanggung jawab tumbuh dari dalam, mendapatkan pengarahan dan pemupukan dari sistem nilai yang kita dapati dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Rasa tanggung jawab yang tidak bertumpuk pada nilai-nilai positif, adakalanya dapat berubah menjadi sesuatu yang asosial.
    Ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk mendidik anak sejak usia dini agar menjadi anak yang bertanggung jawab, sebagaimana Charles Schaeffer, Ph.D. mengutip apa yang pernah dikemukakan oleh Dr. Carlotta De Lerma, tentang prinsip-prinsip penting yang harus dilakukan untuk membantu anak bertanggung jawab.


    1.      Memberi teladan yang baik.Dalam mengajarkan tanggung jawab kepada anak, akan lebih berhasil dengan memberikan suatu teladan yang baik. Cara ini mengajarkan kepada anak bukan saja apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, akan tetapi juga bagaimana orangtua melakukan tugas semacam itu.
    2.      Tetap dalam pendirian dan teguh dalam prinsip.
    Dalam hal melakukan pekerjaan, orangtua harus melihat apakah anak melakukannya dengan segenap hati dan tekun. Sangat penting bagi orangtua untuk memberikan suatu perhatian pada tugas yang tengah dilakukan oleh si anak. Janganlah sekali-kali kita menunjukkan secara langsung tentang kesalahan-kesalahan anak, tetapi nyatakanlah bagaimana cara memperbaiki kesalahan tersebut. Dengan demikian orantua tetap dalam pendirian, dan teguh dalam prinsip untuk menanamkan rasa tanggung jawab kepada anaknya.
    3.      Memberi anjuran atau perintah hendaknya jelas dan terperinci.
    Orangtua dalam memberi perintah ataupun anjuran, hendaklah diucapkan atau disampaikan dengan cukup jelas dan terperinci agar anak mengerti dalam melakukan tugas yang dibebankan kepadanya.
    4.      Memberi ganjaran atas kesalahan.Orangtua hendaknya tetap memberi perhatian kepada setiap pekerjaan anak yang telah dilakukannya sesuai dengan kemampuannya. Tidak patut mencela pekerjaan anak yang tidak diselesaikannya. Kalau ternyata anak belum dapat menyelesaikan pekerjaannya saat itu, anjurkanlah untuk dapat melakukan atau melanjutkannya besok hari. Dengan memberikan suatu pujian atau penghargaan, akan membuat anak tetap berkeinginan menyelesaikan pekerjaan itu. Seringkali orangtua senang menjatuhkan suatu hukuman kepada anak yang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya. Andaikan memungkinkan lebih baik memberikan ganjaran atas kesalahan dan tidak semata-mata mempermasalahkannya.
    5.      Jangan terlalu banyak menuntut.Orangtua selayaknya tidak patut terlalu banyak menuntut dari anak, sehingga dengan sewenang-wenang memberi tanggung jawab yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Berikanlah tanggung jawab itu setahap demi setahap, agar si anak dapat menyanggupi dan menyenangi pekerjaan itu.
    Suatu kebiasaan yang keliru pada orangtua dalam hal mendidik anak, adalah bahwa mereka seringkali sangat memperhatikan dan mengikuti emosinya sendiri. Tetapi sebaliknya emosi anak-anak justru kurang diperhatikan. Orangtua boleh saja marah kepada anak, akan tetapi jagalah supaya kemarahan yang dinyatakan dalam tindakan seperti omelan dan hukuman itu benar-benar tepat untuk perkembangan jiwa anak. Dengan perkataan lain, marahlah pada saat si anak memang perlu dimarahi.
    Anak-anak yang sudah mampu berespon secara tepat, adalah anak yang sudah mampu berfikir dalam mendahulukan kepentingan pribadi. Dan anak seperti ini sudah tinggal selangkah lagi kepada pemilikan rasa tanggung jawab.
    Pada hakekatnya tanggung jawab itu tergantung kepada kemampuan, janganlah lantas kita mengatakan bahwa anak yang berusia tujuh tahun itu tidak mempunyai tanggung jawab, karena tidak menjaga adiknya secara baik, sehingga si adik terjatuh dari atas tembok. Sesungguhnya anak yang baru berusia tujuh tahun tidak akan mampu melakukan hal seperti itu. Jelaslah bahwa beban tanggung jawab yang diserahkan pada seorang anak haruslah disesuaikan dengan tingkat kematangan anak. Untuk itu dengan sendirinya orangtua merasa perlu untuk lebih jauh mengenal tentang kemampuan anaknya.
    Dalam memberikan anak suatu informasi tentang hal yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan adalah sangat penting. Tanpa pengetahuan ini anak tidak bisa disalahkan bila ia tidak mau melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Namun untuk sekedar memberitahu secara lisan, seringkali tidak cukup. Orangtua juga harus bisa menjelaskan dengan contoh bagaimana caranya melakukan hal tersebut, disamping harus dijelaskan alasan-alasan mengapa hal itu harus dilakukan, atau tidak boleh dilakukan.
    Biasanya kita cenderung untuk melihat rasa tanggung jawab dari segi- segi yang konkrit, seperti: apakah tingkah lakunya sopan atau tidak; kamar anak bersih atau tidak; apakah si anak sering terlambat datang ke sekolah atau tidak; dan sebagainya.
    Seorang anak bisa saja berlaku sopan, datang ke sekolah tepat pada waktunya, tetapi masih juga membuat keputusan-keputusan yang tidak bertanggungjawab. Contoh seperti ini seringkali kita jumpai terutama pada anak-anak yang selalu mendapatkan instruksi atau petunjuk dari orangtua mengenai apa yang mesti mereka kerjakan, sehingga mereka kurang mendapat kesempatan untuk mengadakan penilaian sendiri, mengambil keputusan sendiri serta mengembangkan norma-norma yang ada dalam dirinya.
    Rasa tanggung jawab sejati haruslah bersumber pada nilai-nilai asasi kemanusiaan. Nilai-nilai tidak dapat diajarkan secara langsung. Nilai-nilai dihirup oleh anak dan menjadi bagian dari dirinya hanya melalui proses identifikasi, dengan pengertian lain, anak menyamakan dirinya dengan orang yang ia cintai dan ia hormati serta berusaha meniru mereka. Contoh hidup yang diberikan orangtua, akan menciptakan suasana yang diperlukan untuk belajar bertanggung jawab. Pengalaman-pengalaman konkrit tertentu memperkokoh pelajaran itu, sehingga menjadi bagian dari watak dan kepribadian anak.
    Jadi jelaslah, bahwa masalah rasa tanggung jawab pada anak, akhirnya kembali pada orangtuanya sendiri, atau dengan kata lain terpulang pada nilai-nilai dalam diri orangtua, yaitu seperti tercermin dalam mengasuh dan mendidik anak.

    Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (untuk manusia), sebuah spesies primate  dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau mahluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi  kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasa , organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologi, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
    Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelamin. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa sebagai wanitaPenggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi,balita,anak-anak,remaja,pemuda,orang tua.

Selasa, 04 Januari 2011

TINJAUAN TENTANG ILMU BUDAYA DASAR


Istilah ilmu budaya dasar berasal dari bahasa inggris the humanities,yang berasal dari bahasa latin humnus yang artinya manusia,berbudaya,dan halus. Dengan mempelajari the humanities diharapkan seseorang akan bisa menjadi manusiawi,lebih berbudaya dan halus. Hal,ini perlu karena dirasakan kekurangan pada sistem pendidikan,baik pada tingkat menengah,maupun pada tingkat perguruan tinggi. Tanpa memungkiri banyak faktor-faktor lain yang menyebabkannya, salah satu penting adalah sistem pendidikan.
Disini di harapkan kegunaan mata kuliah ini,agar lulusan perguruan tinggi kita dari semua jurusan dapat mempunyai suatu kesamaan bahan pembicaraan. Adanya kesamaan ini di harapkan, agar interelasi antara intelektual kita lebih sering dengan akibatnya yang positif bagi pembangunan Negara kita pada umumnya dan perbaikan pendidikan pada khususnya. Diharapkan agar mata kuliah IImu budaya dasar mahasiswa diharapkan nantinya memiliki latar belakang pengetahuan yang cukup luas tentang kebudayaan Indonesia pada umunya akan menimbulkan minat mendalaminya lebih lanjut,agar dengan demikian mahasiswa diharapkan turut mendukung dan mengembangkan kebudayaannya sendiri dengan kreatif. Ilmu budaya dasar berbeda dengan ilmu biologi.karena pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk berbudaya.(homo humanus). Sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya,melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep ilmu yang dikembangkan untuk mengkaji untuk masalah-masalah manusia dan budaya. Latar belakang diberikannya mata kuliah IBD,melihat Konteks budaya Indonesia,juga sesuai dengan program pendidikan di perguruan tinggi. Dalam rangka menyempurnakan pembentukan sarjana. Latar belakang IBD dalam konteks budaya,Negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan permasalahan sebagai berikut:
  1. Kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dengan segala keanekaragaman budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kebudayaanya,yang biasanya tidak lepas dari ikatan-ikatan primordial,kesukuan.
  2. Proses pembangunan yang sedang berlangsung terus-menerus menimbulkan dampak positif dan negatif berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental manusia pun terkena pengaruhnya.
  3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan manusia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya,sehingga manusia binggung sendiri terhadap kemajuan yang telah diciptakannya. Hal ini,merupakan akibat sifat ambivalen teknolog,yang  disambing memiliki segi-segi positifnya,jugga memiliki segi-segi negative.
Untuk mengetahui bahwa ilmu budaya dasar termasuk kelompok pengetahuan budaya,lebih dahulu perlu diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof.Dr.Harsya Bachtiar mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokan dalam tiga kelompok besar,yaitu:
  1. Ilmu-ilmu Alamiah(natural science) yaitu ilmu-ilmu alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal itu digunakan metode ilmiah.
  2. Ilmu-ilmu sosial(social science) yaitu ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara.untuk mengkaji hal itu digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah.
  3. Pegetahuan budaya(the humanities) yaitu pengetahuan budaya bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal itu digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan pernyataan-pernyataan yang bersifat unik, kemudian di beri arti. Peristiwa-peristiwa dan pernyataan-pernyataan itu pada umumnya terdapat dalam tulisan-tulisan. Metode ini tidak ada sangkutan pautnya dengan metode ilmiah,hanya mungkin ada pengaruh dari metode ilmiah.
Ilmu budaya dasar berbeda dengan pengetahuan budaya. Ilmu budaya dasar dalam bahasa inggris disebut dengan basic humanities. Pengetahuan budaya dalam bahasa inggris disebut dengan istilah the humanities. Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk berbudaya (homo humanus),sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan budaya.
Penyajian mata kuliah ilmu budaya dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan demikian jelaslah bahwa mata kuliah ilmu budaya dasar tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya (the humanities). Akan tetapi ilmu budaya dasar semata-mata sebagai salah satu usaha mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya,baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya,maupun yang menyangkut diri sendiri.
Tujuan ilmu budaya dasar
  1. Mengusahakan penajaman kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya,sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru terutama untuk kepentingan profesi mereka.
  2. Memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah kemanusiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut dua hal tersebut.
  3. Mengusahakan agar mahasiswa,sebagai calon pemimpin bangsa dan Negara serta ahli dalam bidang disiplin masing-masing,tidak jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan dan pengkotakan disiplin yang ketat. Usaha ini terjadi karena ruang lingkup pendidikan kita amat sempit dan condong membuat manusia spesialis yang berpandangan kurang luas. Kedaerahan dan pengkotakan disiplin ilmu yang ketat.
  4. Mengusahakan wahana komunikasi para akademis agar mereka lebih mampu berdialog satu sama lain. Dengan memiliki satu bekal yang sama,para akademis di harapkan akan lebih lancer dalam berkomunikasi.
  5. Mengenal lebih dalam dirinya sendiri maupun orang lain yang sebelumnya lebih  dikenal luarnya saja.
  6. Mengenal perilaku diri sendiri maupun orang lain
  7. Sebagai bekal penting untuk pergaulan dalam islam hidup
  8. Perlu bersikap luwes dalam pergaulan setelah mendalami jiwa dan perasaan manusia serta mau tau perilaku manusia
  9. Tanggap terhadap hasil budaya manusia secara lebih mendalam sehingga lebih peka terhadap masalah-masalah pemikiran,pengertian pemasaran,serta perilaku manusia dan ketentuan yang diciptakannya.
  10. Memiliki penglihatan yang jelas pemikiran serta yang mendasar serta mampu menghargai budaya yang ada di sekitarnya dan ikut mengembangkan budaya bangsa serta melestarikan budaya nenek moyang leluhur kita yang luhur nilainya.
  11. Tidak terjatuh kedalam sifat-sifat kedaerahan dan kekotakaan.

Ruang lingkup ilmu budaya dasar
Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya(the humanities),baik dari segi-segi keahlian(disiplin)didalam pengetahuan budaya,maupun secara gabungan (antar bidang)dalam pengetahuan budaya
Hakekat manusia yang satu atau universal,akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam masing-masing taman dan tempat.
ILMU-ILMU DASAR MERUPAKAN PENGETAHUAN TENTANG PERILAKU DARI DASAR-DASAR MANUSIA:
Sifat-sifat kebudayaan:
  1. Etnosentis
  2. Universal
  3. Alkuturasi
  4. Adaptif
  5. Dinamis
  6. Integrative(integral)
Aspek-aspek kesenian
  1. Kesenian
  2. Bahasa
  3. Adat istiadat
  4. Budaya daerah
  5. Budaya nasional
Unsur-unsur kebudayaan
  1. Sistem religi/kepercayaan
  2. Sistem organisasi masyarakat
  3. Ilmu pengetahuan
  4. Bahasa dan kesenian
  5. Mata pencarian hidup
  6. Peralatan dan teknologi
Fungsi,hakekat,dan sifat kebudayaan fungsi kebudayaan
Fungsi budaya adalah untuk mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap kalau akan berhubungan dengan orang lain di dalam menjalankan hidupnya.
Kebudayaan berfungsi:
  1. Suatu hubungan pedoman antara manusia dan kelompok
  2. Wadah untuk menyakurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya
  3. Pebimbing kehidupan manusia
  4. Pembedaan antara manusia dan binatang
Faktor-faktor  yang mempengaruhi proses perubahan kebudayaan faktor-faktor pendorong proses kebudayaan daerah.
  1. Kontak Negara lain
  2. Sistem pendidikan formal yang maju
  3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
  4. Penduduk yang heterogen
  5. Ketidak puasan masyarakat di bidang-bidang tertentu