Pemerintah mengkaji kemungkinan penerapan subsidi bahan bakar minyak (BBM)
yang diberikan dengan nilai tetap mulai 2014. Kepala Pusat Kebijakan APBN Badan
Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Rofyanto Kurniawan, di Jakarta,
mengatakan, pihaknya berharap penerapan subsidi BBM secara tetap tersebut
disetujui DPR. “Kalau bisa disetujui DPR, maka akan masuk dalam APBN Perubahan
2014. Tapi jika tidak memungkinkan, maka dimulai 2015,” ujarnya.
Menurut dia, sebelum penerapan kebijakan itu, pemerintah akan melakukan
sosialisasi ke masyarakat dalam waktu dekat. Dia mengatakan, konsep subsidi
tetap itu merupakan usulan DPR dan sempat dibahas dalam rapat dengan
pemerintah. “Namun, belum bisa masuk dalam APBN 2014,” ujarnya. Jika subsidi
diberikan secara tetap sebesar Rp 2.000 per liter, maka dengan kuota 48 juta
kiloliter, kebutuhan subsidi mencapai Rp 96 triliun. “Subsidi tetap ini akan
membuat APBN makin baik,” ujarnya.
Seperti diketahui, dalam APBN 2014, pemerintah sudah menganggarkan subsidi
BBM sebesar Rp 200 triliun. Selain itu, pemerintah juga bertekad mengendalikan
konsumsi BBM subsidi secara lebih tepat sasaran. Pada 2014, kuota BBM subsidi
sudah ditetapkan sebesar 48 juta kiloliter atau sama dengan volume tahun 2013.
Dengan perkiraan pertumbuhan kendaraan bermotor mencapai 10 persen maka mau
tidak mau pemerintah harus melakukan pengendalian pemakaian BBM. “Volume 48
juta kiloliter tersebut harus dengan pengendalian,” katanya.
Dialihkan
Sebelumnya, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo
Bambang Sulisto menginginkan pemerintah memprioritaskan kebijakan untuk
menghapuskan subsidi bahan bakar minyak agar anggaran untuk itu dapat
dialokasikan untuk sektor lain. Menurut Suryo, anggaran subsidi BBM yang
merupakan alokasi anggaran terbesar dalam APBN saat ini seharusnya bisa
dialokasikan antara lain untuk program percepatan pembangunan infrastruktur.
Dengan pengalokasian dialihkan untuk infrastruktur dan juga hal lainnya seperti
pengembangan ekonomi daerah, maka hal itu dinilai akan membuat pemanfaataan
alokasi anggaran tersebut menjadi lebih jelas.
Ini mengingat, dalam Forum Pemimpin Infrastruktur (Infrastructure Leaders
Forum/ILF) yang digelar di Jakarta pada akhir Oktober 2013 lalu, pemerintah
perlu mengatasi kesenjangan infrastruktur yang terjadi di berbagai daerah di
Indonesia. Ketua Konferensi ILF 2013, John Scott Younger mengatakan, ndonesia
pada saat ini masih berada dalam situasi krisis infrastruktur sehingga dalam
beberapa kali ajang internasional seperti forum APEC di Nusa Dua, beberapa
waktu lalu, Indonesia mengusulkan agar fokus pada pembangunan infrastruktur. Terkait
dengan pengaturan BBM bersubsidi, pemerintah sudah siap menerapkan program
transaksi pembelian BBM bersubsidi secara nontunai dengan memakai kartu yang
direncanakan pada Oktober 2013. Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo
mengatakan, semua instansi yang terlibat termasuk perbankan sudah siap
menjalankan program tersebut. Dia menambahkan, untuk sistem pembayaran nontunai
tersebut telah terbentuk konsorsium bank yang akan mendukung penerapan sistem
ini. “Tinggal menunggu BPH Migas untuk segera keluarkan aturan itu (sistem
pembayaran non tunai),” tuturnya. (skc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar